Senin, 09 April 2012

Gubernur Segera Panggil Penanggung Jawab PLTU Lombok


Mataram, SE
Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH M Zainul Majdi mengaku, akan segera memanggil penanggung jawab pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara di Lombok, karena proyek penyediaan energi listrik itu seringkali molor dari jadwal pengoperasian yang direncanakan.
“Molor lagi, saya akan segera panggil penanggung jawabnya. Tidak bisa seenaknya molor karena masyarakat menunggu pelayanan jaringan listrik,” kata Zainul, di Mataram, Senin, ketika menanggapi molornya pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara, yang dibangun di Dusun Taman dan Dusun Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pada 11 Januari 2012, Gubernur NTB periode 2008-2013 itu menyempatkan diri meninjau lokasi pembangunan PLTU Lombok itu, sekaligus mendorong percepatan penyelesaian proyek pembangunan energi listrik itu.
Saat itu, gubernur sempat menanyakan waktu pengoperasian PLTU itu dan penanggung jawabnya menjelaskan bahwa semula sebagiannya dijadwalkan rampung akhir Desember 2011, namun masih menemui kendala teknis sehingga baru akan dapat dioperasikan pada Maret 2012.
Manager Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit dan Jaringan Nusa Tenggara II PT PLN M Dahlan Djamaludin, selaku penanggung jawab pelaksanaan pembangunan PLTU itu mengatakan,  tahapan komersial operasi atau Commercial Operating Date (COD) ditargetkan Maret 2012, jika pertengahan Februari sudah masuk ke sistem jaringan. Namun, hingga pekan kedua April belum juga terealisasi.
Dahlan juga mengemukakan bahwa saat itu semua suku cadang yang didatangkan dari China sudah tiba dan sudah dipasang serta diuji coba.
Suku cadang yang terakhir ditunggu yakni pompa minyak sudah tiba 10 Januari 2012 dan sudah langsung dipasang. Suku cadang itu dipesan kembali setelah yang ada rusak dalam tahapan uji coba.
“Soal suku cadang Insya Allah tidak ada masalah lagi, dan sekarang sudah masuk tahapan ‘stim blow’ atau kegiatan seperti memasak air yang waktunya normalnya 14 hari sampai derajat pemanasan yang dikehendaki yakni 500 derajat dengan tekanan 90 bar. Pada proyek PLTU di tempat lain bahkan bisa sampai sebulan,” ujarnya.
Tahapan “stim blow” itu setelah tahapan “Curing” (pelembaban dan perendaman) berupa pengoperasian batu tahan api (refraction) dalam “broiler” yang membutuhkan waktu paling sedikit delapan hari, terlaksana.
Selanjutnya, tahapan uji keandalan (reliability run test) sistem selama 30 hari tanpa mesin mati, guna mengukur kapasitas energi listrik yang dihasilkan yakni 25 Mega Watt (MW) sesuai perencanaan.
Kendala lainnya, kata Dahlan, yakni timbangan batubara yang belum akurat sehingga pihak kontraktor masih harus memperbaikinya.
Jumlah batubara yang dimasukkan ke “broiler” untuk pemanasan harus sesuai takaran, misalnya sebanyak tiga kilogram maka harus tepat.
Seperti diketahui, proyek PLTU Batubara di Lombok itu, semula hendak diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat peresmian Bandara Internasional Lombok (BIL) di Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, sekitar 40 kilometer arah selatan Kota Mataram, pada 20 Oktober 2011.
Namun, proyek PLTU itu batal diresmikan karena belum rampung, akibat berbagai kendala teknis dan non-teknis.
Pemerintah membangun PLTU Batubara di Dusun Taman dan Dusun Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, yang dikerjakan sejak 30 April 2009.
PLTU yang dibangun di Dusun Taman dinamakan PLTU 1 Lombok  berkapasitas 1 x 25 MW yang dibiayai oleh APBN sesuai DIPA Departemen ESDM tahun anggaran 2009, yang semula ditargetkan beroperasi pada triwulan kedua tahun 2010, namun tertunda hingga kini.
Total biaya pembangunan PLTU 1 Lombok itu sebesar Rp296,3 miliar, dan khusus tahun anggaran 2009 pelaksanaan proyek tersebut mendapat dukungan dana stimulus sebesar Rp68,8 miliar selain alokasi DIPA reguler tahun 2009 sebesar Rp64,2 miliar.
Pelaksanaan proyek PLTU 1 Lombok itu dipercayakan kepada perusahaan konsorsium yang terdiri dari PT Wasa Mitra Engineering, PT Twink Indonesia dan PT Ciria Putra Sinergi.
Sementara PLTU di Dusun Jeranjang dinamakan PLTU 2 Lombok berkapasitas 2 x 25 MW yang dibiayai dari anggaran PLN (APLN) yang juga merupakan bagian dari Program Percepatan 10 ribu MW Tahap I.
Pembangunan PLTU 2 Lombok itu dipercayakan kepada PT Barata Indonesia (Persero) dengan sistem “turnkey” (EPC), dengan nilai kontrak yang terbagi dalam dua bagian mata uang yakni sebanyak 30,7 juta dolar AS dan Rp 354,3 miliar.(ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar